3 Jun 2014










Tittle                : Silent Love
Author             : RFP4 (Park Dae Jin)
Cast                 : Faris (random),Ayana (JKT48)
Other cast        : Just read until end
Genre               : Yadong(just a little), Romance.

Attention!!! Part ini ada sedikit adegan yang asdfghjkl nya. Eh tapi tenang, ini nggak NC kok hahaha. Just a little yadong in this part.

“Selamat malam para tamu undangan semuanya, hari ini adalah hari pernikahan kakak saya Henry dengan istrinya Renata, pertama–tama saya ucapkan selamat untuk kakak saya yang disebelah sana bersama istrinya dan yang kedua saya akan mengucapkan selamat untuk adik saya Faris yang hari ini juga akan melangsungkan pertunangannya dengan kekasihnya, Ayana.”
Deg.
Jantung Faris dan Ayana seperti berhenti berdetak. Mereka belum siap jika harus bertunangan.
“santai aja, ini cuman pertunangan. Bukan pernikahan. Kalian cuman berstatus tunangan nanti, tapi jalanin aja kayak kalian pas lagi pacaran.” Ucap Henry yang sepertinya tau apa yang dirasakan adiknya ini.
Faris menoleh ke Ayana. Ayana hanya tersenyum tulus dan bahagia namun dibalik senyumnya, Faris tau ada rasa takut karena dia belum siap.
Faris memandang Ayana dengan tatapan bertanya, Ayana yang mengerti arti pandangan itu hanya menganggukan kepala pertanda ia tak apa dengan pertunangan dadakan ini.

....

“aku langsung pulang ya, maaf gabisa nemenin masuk..” kata Faris saat Ayana hendak keluar dari mobilnya.
“iya gapapa, kamu pasti capek.. langsung pulang aja terus istirahat, besok kamu ada jadwal kan?” jawab Ayana dengan senyum yang selalu membuat Faris merasakan kehangatan.
“iya, kamu cepet tidur juga ya...” ucap Faris lalu mengecup kening Ayana.
“iya, kamu hati–hati ya.. jangan ngebut, udah malem..” balas Ayana yang langsung membuka pintu mobil dan turun.
“sip pasti”
“daaaaa~” kata Ayana sambil melambaikan tangannya.
Faris menutup kaca pintu mobil dan mulai menjalankan mobilnya.

....

 Sudah lebih dari 2 bulan Faris menjalani hubungan dengan Ayana dengan status Tunangan. Selama itu, tak ada yang mengganggu hubungan mereka, hanya masalah-masalah kecil yang bisa mereka atasi dengan saling mengalah dan mengakui kesalahan.
“3 hari lagi aku ada pemotretan ke Jepang..” ucap Faris memecah keheningan yang terjadi antara mereka di apartemen Ayana.
“kok mendadak?” Ayana tampak tak rela.
“enggak mendadak, kan masih 3 haari lagi.. eng.. aku mau nginep disini sampe aku berangkat ke Jepang. Boleh?”
Ayana tampak diam berfikir, dia senang Faris menginap di apartemennya, tapi dia mengingat agamanya, dia masih punya agama yang melarang untuk...

[Ayana pov]

Aku bingung harus menjawab apa saat Faris menginginkan untuk menginap disini. Aku senang. Tapi ada perasaan yang aneh. Ya. Aku punya agama yang melarangku untuk... Ah!! Persetan dengan itu! Yang aku butuhkan hanya Faris! aku tak akan bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama dan jarak yang jauh! Mungkin ini dilakukan agar Faris bisa memuaskan bertemu dan melihat wajahku atau menyimpan cadangan rasa rindu jika sewaktu–waktu dia merindukanku disana. Persetan dengan larangan agama. Persetan dengan semua ini. Aku hanya membutuhkan Faris. aku mencintainya. Dan aku tak akan menolaknya. Aku tak akan bertemu dengannya 3 hari lagi. Aku akan menemaninya sebelum dia pergi ke Jepang. Walaupun setelah dia pulang dari jepang kami akan melangsukan pernikahan. Tapi aku tak rela jika sebelum dia pergi ke Jepang aku tak melihat dan mendengar suaranya yang berat itu. Aku merindukannya. Bahkan dalam suasana hening inipun aku ingin mendengar dia bersuara.
Aku mencintainya.

[Author pov]

“boleh...” jawab Ayana sambil mengeluarkan senyumannya yang sangat membuat Faris ingin merengkuhnya kedalam pelukannya.

....

Ayana merebahkan tubuhnya di kasur, seorang laki-laki muncul dari balik pintu kamar mandi di kamar Ayana.
Laki-laki itu tersenyum kepada Ayana. “kamu gak mandi?” tanya Faris saat melihat Ayana memandang ke arah langit–langit kamarnya tak menyadari kehadirannya.
Ayana segera menoleh menyadari Faris sudah berdiri di samping TV, sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil yang tersampir di bahunya. “eung.. iya abis ini..”
Ayana mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dipinggir kasur, dia menatap Faris dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
Faris yang memang sudah keluar dari kamar mandi lengkap menggunakan kaos non formal dan celana jeans pendek mendekati Ayana, Faris menatap ayan dengan tatapan yang tak kalah bisa diartikan.
Faris kini duduk disamping Ayana, mata mereka bertatapan cukup lama dengan tatapan beribu arti.
Orang bodoh pun tau Ayana tidak menatap Faris, namun sedang melamun, pikirannya melayang entah kemana.
Ayana merasa ada udara panas didekat wajahnya.

[Ayana pov]

Aku tak tau apa ini. Aku merasakan nafas yang terasa disekitar wajahku. Lagi-lagi aku merasa Dejavu. Aku seperti pernah mengalami ini. Namun entah kapan.
Aku menyadari nafas Faris semakin mendekati wajahku. Kini aku tersadar 100%. Aku hanya bisa menutup mataku, tak tau apa yang akan Faris lakukan setelah ini, aku hanya berdoa didalam hati semoga Faris juga dalam keadaan sadar 100% tanpa gangguan alkhohol.

[Faris pov]

Aku keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang lengkap. Kaos non formal yang saat itu aku beli bersama Ayana di salah satu mall di Jakarta, dan celana jeans pendek selutut yang memang sering aku gunakan saat hanya di rumah.
Aku melihat Ayana terbaring menatap langit-langit kamar, sepertinya dia tak menyadari kehadiranku.
Aku mencoba membuka suara, namun aku bingung harus berkata apa. Dan akhirnya kata–kata bodoh itu... keluar. “kamu gak mandi?”
Ayana menoleh ke arahku, sepertinya dia baru sadar aku keluar dari kamar mandi. “eung..iya abis ini..” jawabnya singkat dan segera merubah posisi nya dari tidur menjadi duduk dipinggir kasur.
Ayana menatapku? Sungguhkah dia menatapku? Tatapannya sangat aneh, aku tak mengerti tatapannya. Dan tanpa kusadari otakku sudah memerintah kakiku untuk berjalan mendekatinya dan duduk disampingnya.
Aku menatapnya, mungkin dia tak sadar aku sedang menatapnya... orang bodohpun tau dia tak sedang menatapku, dia sedang melamun. Tapi apa yang ada difikirannya? Sungguh aneh.
Sial! Menatapnya hanya membuatku ingin memilikinya, memiliki semua yang ada di dirinya. Sial! Hanya menatapnya membuatku ingin merengkuhnya kedalam pelukanku.

[Author pov]

Faris mendekatkan wajahnya dengan wajah Ayana, Ayana tampak memejamkan matanya... mungkin dia tau akan terjadi sesuatu yang....

Chu~~~

Faris mencium bibir Ayana. Ayana hanya diam dan kaget. Faris terus mencium bibir Ayana, entah setan apa yang baru saja lewat dan membuatnya seperti ini, dia ingin memiliki Ayana seutuhnya sebelum dia pergi.
“give it to me” ucap Faris saat melepas ciumannya dengan Ayana lalu melanjutkan lagi ciumannya, Ayana yang tak mengerti maksud Faris hanya diam, namun akhirnya dia membalas ciuman Faris dengan sedikit canggung.
“be mine for tonight.” Ucap Faris disela–sela mereka berciuman.
Ayana hanya diam mengikuti apa yang Faris lakukan. Hingga yang pertama menjadi milik Faris.

....

Sinar matahari pagi masuk melalui celah jendela kamar Ayana, Ayana merasa panas dibelakang tubuhnya karena posisinya yang membelakangi jendela. Ayana membuka mata dan yang pertama dilihat adalah wajah Faris.
Ayana mengelus pelan pipi Faris. Aku milikmu sekarang, dan selamanya.

Ayana duduk di depan TV, menonton TV, tak sadar ada orang yang sedang mengawasinya.
“ehem..” Faris berdeham.
Ayana menoleh.
Faris berjalan mendekat dan duduk disamping Ayana.
“kenapa?” tanya Ayana bingung.
“aku haus.” Jawab Faris dingin.
“tunggu sebentar, aku ambilin minum..” Ayana berdiri hendak berjalan menuju dapur, namun tangannya segera ditahan oleh Faris. “katanya haus? Aku kan mau ambilin kamu minum.”
“cuma satu hal yang bisa ilangin haus ku...” kata Faris sambil beranjak berdiri dan menarik bahu Ayana agar berhadapan dengannya.
“eum?” Ayana bingung dengan perlakuan ini.
Wajah Faris mulai mendekat, Ayana menutup matanya. Ayana sepertinya tau apa yang akan Faris lakukan. Nafas Faris mulai terasa didekat wajah Ayana dan...

Chu~~~~~

“seh...toph....hh....”
Faris menghentikan ciumannya pada Ayana saat Ayana menyuruhnya berhenti. “kenapa?”
Ayana diam dan mengerucutkan bibirnya, dia sebal.
Faris terkekeh melihat wajah Ayana. “kamu kenapa sih? Gasuka? Yaudah sih....” ucap Faris sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa
“ih bukan gitu...” Ayana mencoba menguasai perkataan dan fikirannya yang tak karuan. Ayana tak tau harus berkata apa, dia hanya ikut duduk disamping Faris sambil menatap layar televisi yang entah menyiarkan apa dia tak tau dan tak mau tau. Pikirannya melayang kemana–mana. Tiba–tiba bibir Faris sudah mendarat di pipi kirinya.
“Saranghae” bisik Faris di telinga kiri Ayana.
Deg.
Ayana tak percaya Faris mengucapkan satu kata penuh mantra yang membuatnya seperti robot yang kehabisan baterai. Ayana tak percaya Faris mengatakan cinta dalam bahasa Korea. Ayana tau, Faris membenci Korea.
“na..do... sa..rang..hae...” jawab Ayana terbata-bata.
Faris segera tertawa mendengar jawaban Ayana yang seperti robot.
Ayana segera menoleh dan merasa sebal, dia merasa dibuat malu oleh Faris yang membuatnya menjadi kaku seperti ini.

....

[Ayana pov]

Hari ini hari keberangkatan Faris ke Jepang, aku memang tidak mengantarnya karena aku ada jadwal kuliah disaat yang bersamaan.
Faris selalu berkata aku harus mementingkan pendidikan dan tak boleh meninggalkannya demi hal sepele. Menurutku kepergiannya ke Jepang ini bukan hal sepele, melainkan hal penting. Aku ingin mengantarnya ke bandara, namun olehnya tak usah karena aku dan dia sudah terikat. Mungkin di rahimku sudah ada calon masa depan kami...
Aku ingat saat Faris membereskan pakaiannya untuk berangkat ke Jepang “apa gak cukup aku disini 3 hari nemenin kamu? Jadi gak papa kok gak nemenin ke bandara, kamu kan bisa jemput pas aku pulangnya..”
Walau aku sedikit sebal dengan itu, namun aku mencoba biasa saja, karena Faris sungguh sangat kelewat overprotect. Walau aku menyukai sifatnya yang satu itu. Menurutku dia sangat mencintaiku, makanya dia bertindak seperti itu. Melarangku pergi malam tanpa dirinya atau tanpa seorang temanku yang memang sudah dia kenal.
Hem.. mata kuliah ini, aku sebenarnya suka dengan mata kuliah ini, namun tak tau mengapa aku malah terus teringat Faris, aku merasa aneh jika tak mengantarnya, rasanya ingin sekali mengantarnya dan mendapat kecupan dikening seperti tadi pagi saat aku hendak berangkat kuliah.

Jam kuliah sudah selesai, aku membuka ponselku dan mendapati pesan singkat dari Faris.. hem.. pasti dia ingin meningatkanku untuk menjaga pola makan dan belajarku..

‘fr        : Faris
Sayang, aku berangkat ya... jaga kesehatan, makan yang teratur, tugas kuliah dikelarin... aku balik 2 hari lagi kok, yang sabar nahan kangen ya sayang hahaha I love you ({})’

Benarkan dugaanku, dia selalu mengirimku sms seperti ini jika dia ada jadwal pemotretan diluar kota, yah walaupun sebenarnya aku sudah terbiasa menjaga kesehatan dan pola makan, namun dia ingin aku mengingatnya mungkin? Atau dia tak punya topik lain selain berkata seperti itu? Ah entahlah~ tak peduli apa itu, yang jelas kini aku sudah merindukannya hahaha.

....

Sudah 2 hari Faris di Jepang, ah sial aku sangat merindukannya...
Ponselku bergetar. Hem.. Faris menelfon, aah senangnya hatiku..
“halo..” suara yang jauh itu... aku merindukannya.
“halo juga hehehe” jawabku kelewat senang.
“hem.. gimana ya... em.. aku kangen kamu..”
“eung.. aku juga sih hahaha”
“sayang..” suaranya dari jauh tampak menggantung.
“hem? Kenapa?”
“aku masih 1 minggu disini..”
Sebenarnya aku tak apa dia masih satu minggu disana, tapi aku ingin berpura–pura marah saja ahaha. “hem, kalo udah selesai pokoknya harus langsung pulang!! Aku kangen tau gak sih!!! Pernikahan kita juga gimana! Kamu lupa! Pokoknya kalo kamu gak pulang kita putus gajadi nikah!”
Telfon itu kututup tanpa menunggu jawaban Faris. hahaha apakah aku keterlaluan? Tidak kan? Hem...

....

Hari ini hari kelima Faris berada di Jepang, menjenuhkan.
Hari ini aku pergi sendiri ke kedai kopi yang biasanya aku kunjungi berdua bersama Faris. hem... aku memilih tempat didekat jendela agar bisa melihat jalanan yang basah terkena tetesan air hujan yang turun ke bumi bersama–sama.
Aku duduk bersandar di kursi sambil memandang kearah luar jendela sambil sesekali meminum americano ku.
Drrrt.... drrrrrrt...
Em.. ponselku bergetar, sepertinya ada telfon. Aku berharap Faris yang menelfon.
‘Incoming call, Raka.’
“oh?” gumamku saat melihat nama dan nomor Raka di layar ponselku.
“halo” ucapku sesaat setelah menekan tombol hijau dilayar ponselku
“halo? Ayana? Ay... em..”
“kenapa kak? Udah selesai tugas ya?” tanyaku bingung dengan kata–kata Raka tadi.
“enggak, kalo aku sih belum Ay, tapi kalo Faris sih udah tapi...”
“tapi kenapa?” aku semakin bingung. Apalagi menyangkut Faris. ah kenapa hati berdetak kelewat cepat seperti ini?
“Faris... Faris..”
“Faris kenapa kak?” aku semakin tak tahan.
“jadi, kemarin dia udah selesai tugas sebenernya, terus dia beres–beres barang, pas ditanyain sama kru yang lain katanya dia mau langsung pulang ke Indonesia”
Deg.
Berarti seharusnya Faris sudah di Indonesia? Sekarang? Dimana dia?
“dan dia pulang sendiri tanpa ada kru yang lain, soalnya kita yang lain masih ada keperluan, cuman dia yang udah selesai. Dan pesawat yang dia naikin jatuh Ay...”
Deg. Deg. Deg.
 “terus Faris gapapa kan kak?” suaraku mungkin terdengar serak, karena aku sudah tak tahan menahan air mataku ini.
“maaf Ay, tapi tadi pagi ada jenazah yang namanya... namanya persis namanya Faris.”
[Author pov]

“maaf Ay, tapi tadi pagi ada jenazah yang namanya... namanya persis namanya Faris.”
“nggak, nggak mungkin!” Ayana berdiri dan menyapu bersih pandangan pengunjung kedai kopi yang memandangnya dengan pandangan ‘kenapa dia?’ “yang namanya Faris itu banyak kak!!!!” lanjut Ayana tak terima dengan nada yang sedikit ia tinggikan. Ia tak peduli pandangan semua orang, yang ia pikirkan adalah, Faris.
“tapi maaf Ay, beberapa kru yang udah berangkat buat liat jenazah Faris bilang... itu emang Faris.” jawab Raka masih merasa kasihan kepada Ayana.
“ENGGAK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Ayana dengan ponsel yang langsung meluncur bebas dari tangannya.
Ayana terduduk dilantai dengan tangisan yang sangat sulit untuk dihentikan.

....

Ayana kini duduk didepan sebuah gundukan tanah. Menangis sekeras yang ia bisa. Mungkin karena kini di pemakaman ini tinggal ia seorang.
“KAMU JANJI MAU NEMENIN AKU!!! KAMU JANJI.............” ucapan itu tak dilanjutkan Ayana.
“maaf aku yang salah..” gumam Ayana hampir tak terdengar. “seharusnya aku gak ngomong kayak gitu sama kamu waktu itu....” lanjutnya
“yang bahagia disana ya sayang... aku... aku... aku sayang kamu. Aku cinta kamu.” Ucap Ayana yang setelah itu mencium batu nisan Faris.
“aku tau, kamu pasti nyuruh aku pulang kan” ucap Ayana sambil tersenyum sedih. “iya aku pulang... aku... aku sayang kamu... makasih buat selama ini...”

.....

Mencoba menemukanmu, kau yang tidak dapat dilihat lagi.
Mencoba mendengarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi.
Dan saat aku melihat semuanya, mendengar semuanya.
Karena setelah kau beranjak pergi, aku mendapatkan satu kekuatan baru.
Keegoisanku, yang hanya memperdulikan diri sendiri.
Kejamnya aku, yang tidak menyadari semua perasaanmu.
Aku bahkan tidak percaya, bisa menjadi seperti ini.
Cintamu senantiasa mengubahku.
Hanya dengan memikirkannya, duniaku seketika penuh denganmu.
Karena setiap salju yang turun, adalah air matamu.
Satu hal yang tidak bisa aku lakukan, membawamu kembali padaku.
Aku hanya bisa berharap, bisa menghilangkan semua perasaan ini.
Aku bahkan tidak percaya, bisa menjadi seperti ini.
Kuhentikan waktu dan mencoba kembali padamu.
Kuingat kembali dirimu dalam setiap lembar memoriku.
Ketika aku berada disana, disana bersamamu.
Namun mampu merubah semuanya, seluruh hidupku, seluruh isi duniaku.
Aku tidak tahu bagaimana cara berterimakasih atas cintamu.
Aku fikir, semua akan berhenti hanya dengan aku berhenti memikirkannya.
Tetapi hari demi hari, aku memperbaiki diri ini agar kau kembali.
Seperti cintaku kembali bersemi tanpa batas.
Kuhentikan waktu dan mencoba kembali padamu.
Kuingat kembali dirimu dalam setiap lembar memoriku.
Ketika aku berada disana, musim dingin waktu itu.
Mencoba menemukanmu, kau yang tidak dapat kulihat lagi.
Mencoba mendengarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi.


*END*

0 komentar:

Posting Komentar