Tittle : Silent Love
Author : RFP4 (Park
Dae Jin)
Cast : Faris (random),Ayana (JKT48)
Other
cast : Just read until end
Genre : Yadong(just a little), Romance.
Attention!!!
Part ini ada sedikit adegan yang asdfghjkl nya. Eh tapi tenang, ini nggak NC
kok hahaha. Just a little yadong in this part.
“Selamat
malam para tamu undangan semuanya, hari ini adalah hari pernikahan kakak saya
Henry dengan istrinya Renata, pertama–tama saya ucapkan selamat untuk kakak
saya yang disebelah sana bersama istrinya dan yang kedua saya akan mengucapkan
selamat untuk adik saya Faris yang hari ini juga akan melangsungkan
pertunangannya dengan kekasihnya, Ayana.”
Deg.
Jantung
Faris dan Ayana seperti berhenti berdetak. Mereka belum siap jika harus
bertunangan.
“santai
aja, ini cuman pertunangan. Bukan pernikahan. Kalian cuman berstatus tunangan
nanti, tapi jalanin aja kayak kalian pas lagi pacaran.” Ucap Henry yang
sepertinya tau apa yang dirasakan adiknya ini.
Faris
menoleh ke Ayana. Ayana hanya tersenyum tulus dan bahagia namun dibalik senyumnya,
Faris tau ada rasa takut karena dia belum siap.
Faris
memandang Ayana dengan tatapan bertanya, Ayana yang mengerti arti pandangan itu
hanya menganggukan kepala pertanda ia tak apa dengan pertunangan dadakan ini.
....
“aku
langsung pulang ya, maaf gabisa nemenin masuk..” kata Faris saat Ayana hendak
keluar dari mobilnya.
“iya
gapapa, kamu pasti capek.. langsung pulang aja terus istirahat, besok kamu ada
jadwal kan?” jawab Ayana dengan senyum yang selalu membuat Faris merasakan
kehangatan.
“iya,
kamu cepet tidur juga ya...” ucap Faris lalu mengecup kening Ayana.
“iya,
kamu hati–hati ya.. jangan ngebut, udah malem..” balas Ayana yang langsung
membuka pintu mobil dan turun.
“sip
pasti”
“daaaaa~”
kata Ayana sambil melambaikan tangannya.
Faris
menutup kaca pintu mobil dan mulai menjalankan mobilnya.
....
Sudah lebih dari 2 bulan Faris menjalani
hubungan dengan Ayana dengan status Tunangan. Selama itu, tak ada yang
mengganggu hubungan mereka, hanya masalah-masalah kecil yang bisa mereka atasi
dengan saling mengalah dan mengakui kesalahan.
“3
hari lagi aku ada pemotretan ke Jepang..” ucap Faris memecah keheningan yang
terjadi antara mereka di apartemen Ayana.
“kok
mendadak?” Ayana tampak tak rela.
“enggak
mendadak, kan masih 3 haari lagi.. eng.. aku mau nginep disini sampe aku
berangkat ke Jepang. Boleh?”
Ayana
tampak diam berfikir, dia senang Faris menginap di apartemennya, tapi dia
mengingat agamanya, dia masih punya agama yang melarang untuk...
[Ayana
pov]
Aku
bingung harus menjawab apa saat Faris menginginkan untuk menginap disini. Aku
senang. Tapi ada perasaan yang aneh. Ya. Aku punya agama yang melarangku
untuk... Ah!! Persetan dengan itu! Yang aku butuhkan hanya Faris! aku tak akan
bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama dan jarak yang jauh! Mungkin ini
dilakukan agar Faris bisa memuaskan bertemu dan melihat wajahku atau menyimpan
cadangan rasa rindu jika sewaktu–waktu dia merindukanku disana. Persetan dengan
larangan agama. Persetan dengan semua ini. Aku hanya membutuhkan Faris. aku
mencintainya. Dan aku tak akan menolaknya. Aku tak akan bertemu dengannya 3
hari lagi. Aku akan menemaninya sebelum dia pergi ke Jepang. Walaupun setelah
dia pulang dari jepang kami akan melangsukan pernikahan. Tapi aku tak rela jika
sebelum dia pergi ke Jepang aku tak melihat dan mendengar suaranya yang berat
itu. Aku merindukannya. Bahkan dalam suasana hening inipun aku ingin mendengar
dia bersuara.
Aku
mencintainya.
[Author
pov]
“boleh...”
jawab Ayana sambil mengeluarkan senyumannya yang sangat membuat Faris ingin
merengkuhnya kedalam pelukannya.
....
Ayana
merebahkan tubuhnya di kasur, seorang laki-laki muncul dari balik pintu kamar
mandi di kamar Ayana.
Laki-laki
itu tersenyum kepada Ayana. “kamu gak mandi?” tanya Faris saat melihat Ayana
memandang ke arah langit–langit kamarnya tak menyadari kehadirannya.
Ayana
segera menoleh menyadari Faris sudah berdiri di samping TV, sambil mengeringkan
rambutnya dengan handuk kecil yang tersampir di bahunya. “eung.. iya abis
ini..”
Ayana
mengubah posisi tidurnya menjadi duduk dipinggir kasur, dia menatap Faris
dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
Faris
yang memang sudah keluar dari kamar mandi lengkap menggunakan kaos non formal
dan celana jeans pendek mendekati Ayana, Faris menatap ayan dengan tatapan yang
tak kalah bisa diartikan.
Faris
kini duduk disamping Ayana, mata mereka bertatapan cukup lama dengan tatapan
beribu arti.
Orang
bodoh pun tau Ayana tidak menatap Faris, namun sedang melamun, pikirannya
melayang entah kemana.
Ayana
merasa ada udara panas didekat wajahnya.
[Ayana
pov]
Aku
tak tau apa ini. Aku merasakan nafas yang terasa disekitar wajahku. Lagi-lagi
aku merasa Dejavu. Aku seperti pernah mengalami ini. Namun entah kapan.
Aku
menyadari nafas Faris semakin mendekati wajahku. Kini aku tersadar 100%. Aku hanya
bisa menutup mataku, tak tau apa yang akan Faris lakukan setelah ini, aku hanya
berdoa didalam hati semoga Faris juga dalam keadaan sadar 100% tanpa gangguan
alkhohol.
[Faris
pov]
Aku
keluar dari kamar mandi, dengan pakaian yang lengkap. Kaos non formal yang saat
itu aku beli bersama Ayana di salah satu mall di Jakarta, dan celana jeans
pendek selutut yang memang sering aku gunakan saat hanya di rumah.
Aku
melihat Ayana terbaring menatap langit-langit kamar, sepertinya dia tak
menyadari kehadiranku.
Aku
mencoba membuka suara, namun aku bingung harus berkata apa. Dan akhirnya
kata–kata bodoh itu... keluar. “kamu gak mandi?”
Ayana
menoleh ke arahku, sepertinya dia baru sadar aku keluar dari kamar mandi.
“eung..iya abis ini..” jawabnya singkat dan segera merubah posisi nya dari
tidur menjadi duduk dipinggir kasur.
Ayana
menatapku? Sungguhkah dia menatapku? Tatapannya sangat aneh, aku tak mengerti
tatapannya. Dan tanpa kusadari otakku sudah memerintah kakiku untuk berjalan
mendekatinya dan duduk disampingnya.
Aku
menatapnya, mungkin dia tak sadar aku sedang menatapnya... orang bodohpun tau
dia tak sedang menatapku, dia sedang melamun. Tapi apa yang ada difikirannya?
Sungguh aneh.
Sial!
Menatapnya hanya membuatku ingin memilikinya, memiliki semua yang ada di
dirinya. Sial! Hanya menatapnya membuatku ingin merengkuhnya kedalam pelukanku.
[Author
pov]
Faris
mendekatkan wajahnya dengan wajah Ayana, Ayana tampak memejamkan matanya...
mungkin dia tau akan terjadi sesuatu yang....
Chu~~~
Faris
mencium bibir Ayana. Ayana hanya diam dan kaget. Faris terus mencium bibir
Ayana, entah setan apa yang baru saja lewat dan membuatnya seperti ini, dia
ingin memiliki Ayana seutuhnya sebelum dia pergi.
“give
it to me” ucap Faris saat melepas ciumannya dengan Ayana lalu melanjutkan lagi
ciumannya, Ayana yang tak mengerti maksud Faris hanya diam, namun akhirnya dia
membalas ciuman Faris dengan sedikit canggung.
“be
mine for tonight.” Ucap Faris disela–sela mereka berciuman.
Ayana
hanya diam mengikuti apa yang Faris lakukan. Hingga yang pertama menjadi milik
Faris.
....
Sinar
matahari pagi masuk melalui celah jendela kamar Ayana, Ayana merasa panas
dibelakang tubuhnya karena posisinya yang membelakangi jendela. Ayana membuka
mata dan yang pertama dilihat adalah wajah Faris.
Ayana
mengelus pelan pipi Faris. Aku milikmu
sekarang, dan selamanya.
Ayana
duduk di depan TV, menonton TV, tak sadar ada orang yang sedang mengawasinya.
“ehem..”
Faris berdeham.
Ayana
menoleh.
Faris
berjalan mendekat dan duduk disamping Ayana.
“kenapa?”
tanya Ayana bingung.
“aku
haus.” Jawab Faris dingin.
“tunggu
sebentar, aku ambilin minum..” Ayana berdiri hendak berjalan menuju dapur,
namun tangannya segera ditahan oleh Faris. “katanya haus? Aku kan mau ambilin
kamu minum.”
“cuma
satu hal yang bisa ilangin haus ku...” kata Faris sambil beranjak berdiri dan
menarik bahu Ayana agar berhadapan dengannya.
“eum?”
Ayana bingung dengan perlakuan ini.
Wajah
Faris mulai mendekat, Ayana menutup matanya. Ayana sepertinya tau apa yang akan
Faris lakukan. Nafas Faris mulai terasa didekat wajah Ayana dan...
Chu~~~~~
“seh...toph....hh....”
Faris
menghentikan ciumannya pada Ayana saat Ayana menyuruhnya berhenti. “kenapa?”
Ayana
diam dan mengerucutkan bibirnya, dia sebal.
Faris
terkekeh melihat wajah Ayana. “kamu kenapa sih? Gasuka? Yaudah sih....” ucap
Faris sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa
“ih
bukan gitu...” Ayana mencoba menguasai perkataan dan fikirannya yang tak
karuan. Ayana tak tau harus berkata apa, dia hanya ikut duduk disamping Faris
sambil menatap layar televisi yang entah menyiarkan apa dia tak tau dan tak mau
tau. Pikirannya melayang kemana–mana. Tiba–tiba bibir Faris sudah mendarat di
pipi kirinya.
“Saranghae”
bisik Faris di telinga kiri Ayana.
Deg.
Ayana
tak percaya Faris mengucapkan satu kata penuh mantra yang membuatnya seperti
robot yang kehabisan baterai. Ayana tak percaya Faris mengatakan cinta dalam
bahasa Korea. Ayana tau, Faris membenci Korea.
“na..do...
sa..rang..hae...” jawab Ayana terbata-bata.
Faris
segera tertawa mendengar jawaban Ayana yang seperti robot.
Ayana
segera menoleh dan merasa sebal, dia merasa dibuat malu oleh Faris yang
membuatnya menjadi kaku seperti ini.
....
[Ayana
pov]
Hari
ini hari keberangkatan Faris ke Jepang, aku memang tidak mengantarnya karena
aku ada jadwal kuliah disaat yang bersamaan.
Faris
selalu berkata aku harus mementingkan pendidikan dan tak boleh meninggalkannya
demi hal sepele. Menurutku kepergiannya ke Jepang ini bukan hal sepele,
melainkan hal penting. Aku ingin mengantarnya ke bandara, namun olehnya tak
usah karena aku dan dia sudah terikat. Mungkin di rahimku sudah ada calon masa
depan kami...
Aku
ingat saat Faris membereskan pakaiannya untuk berangkat ke Jepang “apa gak
cukup aku disini 3 hari nemenin kamu? Jadi gak papa kok gak nemenin ke bandara,
kamu kan bisa jemput pas aku pulangnya..”
Walau
aku sedikit sebal dengan itu, namun aku mencoba biasa saja, karena Faris
sungguh sangat kelewat overprotect. Walau aku menyukai sifatnya yang satu itu.
Menurutku dia sangat mencintaiku, makanya dia bertindak seperti itu. Melarangku
pergi malam tanpa dirinya atau tanpa seorang temanku yang memang sudah dia
kenal.
Hem..
mata kuliah ini, aku sebenarnya suka dengan mata kuliah ini, namun tak tau
mengapa aku malah terus teringat Faris, aku merasa aneh jika tak mengantarnya,
rasanya ingin sekali mengantarnya dan mendapat kecupan dikening seperti tadi
pagi saat aku hendak berangkat kuliah.
Jam
kuliah sudah selesai, aku membuka ponselku dan mendapati pesan singkat dari
Faris.. hem.. pasti dia ingin meningatkanku untuk menjaga pola makan dan
belajarku..
‘fr : Faris
Sayang,
aku berangkat ya... jaga kesehatan, makan yang teratur, tugas kuliah
dikelarin... aku balik 2 hari lagi kok, yang sabar nahan kangen ya sayang
hahaha I love you ({})’
Benarkan
dugaanku, dia selalu mengirimku sms seperti ini jika dia ada jadwal pemotretan
diluar kota, yah walaupun sebenarnya aku sudah terbiasa menjaga kesehatan dan
pola makan, namun dia ingin aku mengingatnya mungkin? Atau dia tak punya topik
lain selain berkata seperti itu? Ah entahlah~ tak peduli apa itu, yang jelas
kini aku sudah merindukannya hahaha.
....
Sudah
2 hari Faris di Jepang, ah sial aku sangat merindukannya...
Ponselku
bergetar. Hem.. Faris menelfon, aah senangnya hatiku..
“halo..”
suara yang jauh itu... aku merindukannya.
“halo
juga hehehe” jawabku kelewat senang.
“hem..
gimana ya... em.. aku kangen kamu..”
“eung..
aku juga sih hahaha”
“sayang..”
suaranya dari jauh tampak menggantung.
“hem?
Kenapa?”
“aku
masih 1 minggu disini..”
Sebenarnya
aku tak apa dia masih satu minggu disana, tapi aku ingin berpura–pura marah
saja ahaha. “hem, kalo udah selesai pokoknya harus langsung pulang!! Aku kangen
tau gak sih!!! Pernikahan kita juga gimana! Kamu lupa! Pokoknya kalo kamu gak
pulang kita putus gajadi nikah!”
Telfon
itu kututup tanpa menunggu jawaban Faris. hahaha apakah aku keterlaluan? Tidak
kan? Hem...
....
Hari
ini hari kelima Faris berada di Jepang, menjenuhkan.
Hari
ini aku pergi sendiri ke kedai kopi yang biasanya aku kunjungi berdua bersama
Faris. hem... aku memilih tempat didekat jendela agar bisa melihat jalanan yang
basah terkena tetesan air hujan yang turun ke bumi bersama–sama.
Aku
duduk bersandar di kursi sambil memandang kearah luar jendela sambil sesekali
meminum americano ku.
Drrrt....
drrrrrrt...
Em..
ponselku bergetar, sepertinya ada telfon. Aku berharap Faris yang menelfon.
‘Incoming
call, Raka.’
“oh?”
gumamku saat melihat nama dan nomor Raka di layar ponselku.
“halo”
ucapku sesaat setelah menekan tombol hijau dilayar ponselku
“halo?
Ayana? Ay... em..”
“kenapa
kak? Udah selesai tugas ya?” tanyaku bingung dengan kata–kata Raka tadi.
“enggak,
kalo aku sih belum Ay, tapi kalo Faris sih udah tapi...”
“tapi
kenapa?” aku semakin bingung. Apalagi menyangkut Faris. ah kenapa hati berdetak
kelewat cepat seperti ini?
“Faris...
Faris..”
“Faris
kenapa kak?” aku semakin tak tahan.
“jadi,
kemarin dia udah selesai tugas sebenernya, terus dia beres–beres barang, pas
ditanyain sama kru yang lain katanya dia mau langsung pulang ke Indonesia”
Deg.
Berarti
seharusnya Faris sudah di Indonesia? Sekarang? Dimana dia?
“dan
dia pulang sendiri tanpa ada kru yang lain, soalnya kita yang lain masih ada
keperluan, cuman dia yang udah selesai. Dan pesawat yang dia naikin jatuh
Ay...”
Deg.
Deg. Deg.
“terus Faris gapapa kan kak?” suaraku mungkin
terdengar serak, karena aku sudah tak tahan menahan air mataku ini.
“maaf
Ay, tapi tadi pagi ada jenazah yang namanya... namanya persis namanya Faris.”
[Author
pov]
“maaf
Ay, tapi tadi pagi ada jenazah yang namanya... namanya persis namanya Faris.”
“nggak,
nggak mungkin!” Ayana berdiri dan menyapu bersih pandangan pengunjung kedai
kopi yang memandangnya dengan pandangan ‘kenapa dia?’ “yang namanya Faris itu
banyak kak!!!!” lanjut Ayana tak terima dengan nada yang sedikit ia tinggikan.
Ia tak peduli pandangan semua orang, yang ia pikirkan adalah, Faris.
“tapi
maaf Ay, beberapa kru yang udah berangkat buat liat jenazah Faris bilang... itu
emang Faris.” jawab Raka masih merasa kasihan kepada Ayana.
“ENGGAK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
teriak Ayana dengan ponsel yang langsung meluncur bebas dari tangannya.
Ayana
terduduk dilantai dengan tangisan yang sangat sulit untuk dihentikan.
....
Ayana
kini duduk didepan sebuah gundukan tanah. Menangis sekeras yang ia bisa.
Mungkin karena kini di pemakaman ini tinggal ia seorang.
“KAMU
JANJI MAU NEMENIN AKU!!! KAMU JANJI.............” ucapan itu tak dilanjutkan
Ayana.
“maaf
aku yang salah..” gumam Ayana hampir tak terdengar. “seharusnya aku gak ngomong
kayak gitu sama kamu waktu itu....” lanjutnya
“yang
bahagia disana ya sayang... aku... aku... aku sayang kamu. Aku cinta kamu.”
Ucap Ayana yang setelah itu mencium batu nisan Faris.
“aku
tau, kamu pasti nyuruh aku pulang kan” ucap Ayana sambil tersenyum sedih. “iya
aku pulang... aku... aku sayang kamu... makasih buat selama ini...”
.....
Mencoba
menemukanmu, kau yang tidak dapat dilihat lagi.
Mencoba
mendengarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi.
Dan saat aku
melihat semuanya, mendengar semuanya.
Karena setelah
kau beranjak pergi, aku mendapatkan satu kekuatan baru.
Keegoisanku,
yang hanya memperdulikan diri sendiri.
Kejamnya aku,
yang tidak menyadari semua perasaanmu.
Aku bahkan tidak
percaya, bisa menjadi seperti ini.
Cintamu
senantiasa mengubahku.
Hanya dengan
memikirkannya, duniaku seketika penuh denganmu.
Karena setiap
salju yang turun, adalah air matamu.
Satu hal yang
tidak bisa aku lakukan, membawamu kembali padaku.
Aku hanya bisa
berharap, bisa menghilangkan semua perasaan ini.
Aku bahkan tidak
percaya, bisa menjadi seperti ini.
Kuhentikan waktu
dan mencoba kembali padamu.
Kuingat kembali
dirimu dalam setiap lembar memoriku.
Ketika aku
berada disana, disana bersamamu.
Namun mampu
merubah semuanya, seluruh hidupku, seluruh isi duniaku.
Aku tidak tahu
bagaimana cara berterimakasih atas cintamu.
Aku fikir, semua
akan berhenti hanya dengan aku berhenti memikirkannya.
Tetapi hari demi
hari, aku memperbaiki diri ini agar kau kembali.
Seperti cintaku
kembali bersemi tanpa batas.
Kuhentikan waktu
dan mencoba kembali padamu.
Kuingat kembali
dirimu dalam setiap lembar memoriku.
Ketika aku
berada disana, musim dingin waktu itu.
Mencoba
menemukanmu, kau yang tidak dapat kulihat lagi.
Mencoba
mendengarmu, kau yang tidak dapat kudengar lagi.
*END*
0 komentar:
Posting Komentar