Aku bawa FF yang sebenernya udah pernah aku post di FB aku yaa...
selamat membaca
Tittle : Silent Love
Author : RFP4
Cast : Faris (random),Ayana (JKT48)
Other
cast : Just read until end
Genre : Romance
[Author
pov]
Sudah
4 hari ini Faris dibully teman seangkatannya karena sampai detik ini dia masih
belum mempunyai pasangan.
Ya
Faris memang belum mempunyai pasangan, bahkan belum pernah memiliki pasangan
sampai sekarang, sampai dia berada di bangku kuliah ini. Membanggakan baginya,
tapi bagi mereka, mereka menganggap Faris memalukan.
“Ris
bentar lagi valentine yeh? Udah dapet pasangan buat acara yang diadain si
Rizal?” kata Raka membuyarkan lamunan Faris
“hah?
Acara apaan?” jawab Faris bingung
“itu, acara buat ngerayain valentine... gue saranin
lo cari pasangan deh, soalnya kata si Rizal yang gapunya pasangan alias single
atau jomblo atau sebangsanya entar dapet hukuman, pokoknya gue saranin lo cari
pasangan deh! Daripada dikatain maho juga..”
“tapi
ya Ji, cari pasangan gak segampang ngebalikin telapak tangan!”
“iye
gue tau itu, kan lu bisa nembak cewek-cewek disini, noh yang demen ama lu tu
banyak! Makanya jangan buku mulu yang diliat!”
“mending
gue dihukum deh daripada gue musti cari pasangan. Cari pasangan itu RIBET.
R.I.B.E.T”
“yah,
lo udah nerapin prinsip ribet sih, pantes lo gadapet pasangan mulu!”
“diem
lo.”
...
“sore
yang buruk.” Gumam Faris.”ini pasti gara–gara ketemu Aji tadi. Ck.”
“Faris! Ambilin pesenan roti gue di toko
biasanya ye! Gue males keluar! Mendung!” teriak Esa dilantai bawah. Faris
segera turun kebawah dengan malas.
“duitnya mana?” kata Faris saat telah tiba
dilantai bawah dan berhadapan dengan Esa.
“oh
iye, nih” kata Esa sambil menyerahkan 5 lembar uang seratus ribuan.
Secepat
kilat Faris segera keluar dari rumah dan meuju bagasi untuk mengambil motor,
yaah belum terlalu mendung tapi pasti sore ini akan sangat macet karena mendung
dan para warga ingin segera pulang dan sampai dirumahnya, itu pasti. Macet.
Pikir Faris.
Tebakan
Faris ternyata meleset. Jalanan tampak lengang dan bahkan hampir tak seperti sore-sore
biasanya, dan setelah mengingat-ingat lagi.. ini hari minggu. Pantas tak
seramai biasanya.
Pesanan
telah Faris ambil, dan ia bersiap untuk pulang kembali ke rumah.
Ditengah
perjalanan ternyata hujan turun, Faris tak membawa apa-apa untuk melindunginya
dari hujan selain jaket, jaket ini malah ia pakai untuk melindunginya, tapi
bagaimana pesanan Esa?.
“hari
yang sial.” Umpat Faris dalam hati
Faris
berhenti disebuah box telefon umum yang tertutup, dia meneduhkan motornya dan
mengunci motornya, dia segera masuk kedalam box telefon umun tersebut karena
hujan yang turun semakin lebat dan jaketnya pun sudah basah kuyup.
“ssshh”
ucap Faris sambil melepas jaketnya “dingin banget ini fuuuh”
Sepersekian
detik dia mengucapkan kalimat ‘dingin banget ini’ seorang gadis berseragam SMU
masuk kedalam box telefon itu. Yang tadinya ia sendiri sekarang menjadi berdua.
Ya. Berdua. Didalam. Box telefon umum.
Gadis
itu tersenyum kepada Faris, senyumannya mengatakan ‘maaf aku juga kehujanan’
Faris
memandang gadis itu sebal. Dan gadis itu kembali tersenyum dan senyumannya
mengatakan ‘aku tau,tapi ini tempat umum’
Seakan
Faris mengerti arti senyuman itu, Faris pun mengalihkan pandangannya ke jalanan
yang berada didepannya...
10
menit, hujan yang turun semakin deras, Faris tak tau ia harus menunggu berapa
lama lagi hingga hujan ini reda, roti pesanan Esa masih utuh dan rapi, karna ia
berteduh demi pesanan Esa, agar pesanannya selamat tak terkena hujan.
Faris
merogoh saku celananya dan mengetik pesan kepada Esa yang berisi bahwa ia terjebak
hujan dan berteduh demi pesanannya. Saat Esa sedang mengetik tiba-tiba suara
gemuruh petir mengagetkannya dan gadis yang ada disampingnya, dan betapa
kagetnya Faris saat sang gadis itu tiba-tiba memeluk lengannya.
Saat
Faris menoleh, dan hendak melepaskan tangan gadis itu dari lengannya suara
gemuruh petir terdengar lagi dan lebih keras dari sebelumnya membuat gadis tadi
semakin memeluk lengan Faris dengan erat. Faris menghela nafas dan menyadari
bahwa gadis ini memang takut akan petir, mungkin lebih tepatnya suara petir.
“petirnya
udah nggak ada, bisa lepasin?” kata Faris membuat gadis yang tadi memeluk
lengannya mendongakkan kepalanya keatas untuk melihat wajah Faris, gadis itu
memastikan agar Faris tidak marah, namun apa daya wajah Faris memang tidak
pernah bisa berbohong, jika dia marah, wajahnya pasti akan terlihat marah.
Gadis
itu menyadari Faris marah padanya, dia segera melepaskan tangannya dari lengan
Faris, namun barusaja melepaskan, suara gemuruh petir terdengar lagi, gadis itu
tak berani memeluk Faris lagi, dia bingung. Dia sangat ketakutan. Dan dia
menangis.
Faris
menatap wajah gadis itu yang menangis, Aneh.
‘ini
anak kenapa cuman denger ssuara petir ampe nangis? Padahal juga ada gue disini,
emang dia gamalu apa ama gua?’
Faris
mendengar tangisan gadis itu, semakin lama dia semakin merasa bersalah karena
membuatnya menjadi merasa semakin ketakutan, dengan terpaksa dan sebagai
permintaan maafnya dia melakukan hal yang MENURUTNYA bisa menenangkan gadis
ini, setidaknya gadis ini mengucapkan terimakasih padanya.
Faris
merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.
Gadis
yang tadi menangis pun mendongak menatap wajah Faris, seakan mengerti maksud
gadis ini, Faris tersenyum padanya dan gadis itupun tersenyum pada Faris,
senyuman yang mengatakan ‘terimakasih dan maaf untuk tadi’
Hujan
telah reda, Faris melihat hujan yang telah reda dibalik jendela box telefon
ini,
“ujannya
udah reda, kamu gak pulang? Keburu ujan lagi.” Tanya Faris pada gadis yang
duduk disudut ruangan kecil ini
Gadis
tadi mengangguk dengan cepat dan segera berdiri membuka box telfon dan ingin
segera cepat keluar.
“eh
tunggu!” teriak Faris saat gadis itu sudah berlari keluar dari box telefon
Faris
menghela nafas dan mengambil pesanan Esa. Ia ingin segera pulang dan mengutuk
Esa yang sudah membuatnya harus berdua bersama seorang gadis SMU di dalam box
telefon ini.
....
“nih”
ucap Faris sambil meletakkan pesanan Esa di meja yang ada dihadapannya
“wih
masih mulus, gue kira ancur.”
Faris
segera melesat pergi ke kamarnya dan membiarkan Esa memandang pesanannya tanpa
menjawab pertanyaan yang tadi diajukan kepadanya
.........
Bintang
yang berada disekeliling bulan, bulan yang selalu setia berganti jam kerja
dengan matahari. Seperti hal nya manusia yang seharusnya saling melengkapi,
seperti bintang melengkapi bulan dan bulan melengkapi matahari. Hal yang indah.
Malam
ini bulan dan bintang muncul, Faris kira mereka tak akan muncul karena hujan
tadi sore. Ternyata langit malam ini sangat cerah. Sangat menyenangkan jika
bintang bisa ia ajak bercerita tentang hidupnya yang sangat menyenangkan ini.
Menyenangkan tanpa hadirnya seorang pasangan yang memang tak Faris inginkan.
“Tell me why
Ain't nothing but a heartache
Tell me why
Ain't nothing but a mistake
Tell me why
I never wanna hear you say
I want it that way.....”
Suara
Faris memang sangat bagus dan indah, ketiga kakaknya sangat mengidolakan
suaranya yang sangat merdu. Suara yang dibawa dari darah sang ibu, suara sang
idola.
“Ris,
nyanyiin gue lagunya CJ coba!” ucap Henry saat memasuki kamarnya karna
mendengar Faris yang sedang bernyanyi
“yang
apa?”
“sejenak
coba...”
Faris
mengingat ingat lagu dariband yang berasal dari Jogja ini, namun dia sedikit
lupa akan awalan dari lagu ini.
“eh
itu lagu, awalannya gimana kak? Gue lupa masa?” ucap Faris sok cool sambil
benerin gitarnya
“yang
sejenak biarkan aku sendiri”
Faris
mulai menangkap lirik lagu itu, kini dia mulai memetik gitarnya dan bernyanyi dengan
lagu yang diminta sang kakak
“Sejenak biarkan aku sendiri
Temani kesendirian yang kupuja
dan kadang kubenci
Tutupi aku dengan dinginnya sunyi
Yang menjaga telinga dari
suara-suara mengganggu
Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan aku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku
Sejenak biarkan waktu berhenti
Dan tak ada satupun yang
berteriak didepan wajahku
Biarkan dunia hampa tanpa
penghuni
Hingga aku tertidur
Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan aku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku
Pergi! Pergi!!
Woooo!!!
Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan aku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku
Woo...Ooo!!!
Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan ku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku”
“lo
tau kenapa gue minta lo nyanyiin lagu itu??” tanya Henry pada Faris yang sedang
menarik nafas karena selesai menyanyikan lagu itu
“enggak.
Kenapa emang?”
“lo
tau nyokap bokap kan?”
“jelas
tau. Kenapa?”
“mereka
nyuruh gue buat cepet-cepet nikah ama Dera.”
“HAH?!”
mata Faris membulat saat mendengar jawaban kakaknya itu, yang difikirannya
adalah, Henry masih berusia 29 tahun dan tabungannya belum mencukupi untuk
biaya rumah tangganya.
Faris
tau, karena selama ini, hanya kepada Faris lah Henry bercerita tentang Dera.
“lah
emang lo udah siap?”
“ya
belum lah! Lo tau sendiri kan, duit gue aja belum banyak,belum cukup lah buat
rumah tangga, kalo tunangan sih, oke gue jabanin, tapi kalo nikah? Gue belum
siap mental Ris!!!”
Faris
mendengar dengan teliti setiap perkataan kakaknya itu “intinya lo belum siap
kan?”
“...”
“kenapa
lo gabilang tunangan dulu aja?”
“udah.”
“terus
kata mereka?”
“disuruh
langsung nikah aja katanya.”
Faris
menghela nafas. “udah gue mau tidur.”
.....
“Ris
udah dapet pasangan buat acara Valentine lusa?” tanya Rizal pada Faris saat
selesai jam kuliah
“ah?
Eh? Em– belum sih, gaminat ikut itu acara.”
“yakin
lo gaminat? Gaminat apa ogah dikerjain jadi babu gegara kagak punya pasangan?”
tawa Rizal dan sluruh orang yang ada didalam kelas pun terdengar seperti
menghina bagi Faris. Faris tak tahan.
Dia
meninggalkan kampus.
Faris
duduk menghadap kopi pesanannya, dia sedang duduk diam, melamun mungkin?
Entahlah, dia sedang duduk diam menatap kopi pesanannya dengan tatapan putus
asa...
Tiba-tiba
Faris tersentak kaget saat ada seseorang menepuk bahunya, kondisinya kini telah
sadar sepenuhnya dari lamunan, dan segera menoleh kearah tepukan di bahunya
tadi.
Dilihatnya
gadis cantik berseragam SMU, ber-tas selempang coklat dengan rambut tergerai.
‘dia.’
Batin Faris
Gadis
cantik itu tersenyum pada Faris, senyumannya mengatakan ‘bolehkah aku duduk
disini?’
Faris
tersadar bahwa gadis ini adalah gadis yang kemarin bertemu denganya, bukan
hanya bertemu, bahkan gadis ini sepersembunyian dengannya. Ya, gadis ini gadis
yang kemarin berada di dalam box telefon bersamanya.
“eh,
duduk sini..” ucap Faris saat gadis ini tersenyum kepadanya, gadis inipun duduk
dan Faris segera melambaikan tangannya kepada pelayan untuk datang dan
maksudnya adalah memesankan kopi untuk gadis ini.
“ada
yang bisa saya bantu?” tanya pelayan itu saat sudah sampai di meja Faris
“eh,em
mau pesen kopi lagi mbak.”
“pesan
apa?”
“em..
kamu mau pesen apa?” tanya Faris pada gadis didepannya yang sedang meletakkan
tas nya dimeja.
Gadis
itu menatap pelayan itu dengan tersenyum dan sekejap pelayan itu berkata
“tunggu sebentar ya.”
Wajah
Faris menunjukkan kebingungan yang luar biasa, pelayan itu pergi tanpa diberi
pesanan. “kok?” Faris ingin berdiri dan memanggil pelayan itu, namun gadis yang
bersamanya ini mencegahnya. Faris duduk kembali dan menatap gadis ini semakin
bingung
‘ini
kenapa sih? Iya masa ini cewek bisa telepati?’ batin Faris mencoba berfikir
positif namun tetap saja mengarah ke hal negatif.
Faris
menatap gadis itu mengeluarkan buku kecil, dan sebuah pulpen, tangannya menulis
sesuatu, Faris merasa gadiss ini sedang mengerjakan tugas sekolah atau apa,
tapi tunggu. Faris melihat jam dinding di kedai kopi ini, jam itu menunjukkan
pukul 10.00 ‘masih pagi. Kok dia udah pulang? Bolos? Atau pulang pagi?’ batin
Faris.
Gadis
itu memajukan buku yang tadi ia pakai menulis kepada Faris. Faris mengambil
buku itu dan membaca tulisan dibukunya
‘kamu
gausah heran, pelayan tadi udah tau aku mau pesen apa, soalnya aku langganan
disini dan selalu pesen american coffee jadi dia hafal sama aku, oiya nama kamu
siapa? Aku Ayana Shahab, panggil aja Ayana, kamu siapa?’
Faris
mengerutkan dahinya, tak mengerti maksud gadis ini memberikan buku berisi
kalimat panjang yang menurutnya lebih enak dibicarakan daripada surat menyurat.
“emang
zaman apasih ini? Kok masih pake surat–suratan segala?” Faris tertawa kecil
setelah mengucapkan kalimat tadi.
Gadis
yang bernama Ayana itu tadi pun menarik bukunya dan kembali menulis sesuatu,
beberapa saat kemudian Ayana memberikan buku itu kembali pada Faris.
‘aku
gabisa bicara, makanya aku tulis apa yang pengen aku omongin.. maaf ya, kamu
pasti malu duduk bareng sama orang bisu.. aku pindah meja aja ya.. buku ini
buat kamu aja deh.’
Faris
menatap kembali kalimat itu dari awal hingga akhir dan barulah ia sadari bahwa
gadis itu ternyata takbisa berbicara, karena itulah gadis itu menulis apa yang
ingin dikatakannya lewat buku.
“loh
mbak Ayana mana?” suara pelayan mengagetkan pandangan Faris dari buku yang
dipegangnya, sekejap ia memandang bangku didepannya, kosong.
Ayana
berpindah meja.
“oh
itu dia disana..” kata pelayan itu lagi sambil membawa secangkir kopi pesanan
Ayana ke meja yang berada di pojok.
Faris
merasakan sesuatu mengganjal dihatinya, rasa kasihan, rasa tak enak hati,
rasa... rasa yang membuatnya serba salah.. Faris segera berdiri dan menghampiri
Ayana, niatnya hanya satu, meminta maaf karena ucapannya yang mungkin menurut
Ayana, itu menyinggungnya.. atau apapun itu.
“maaf,
saya gatau kalau kamu gabisa bicara..” ucap Faris meyakinkan Ayana, Ayana
tersenyum dan menggelengkan kepalanya.. “kamu gamau maafin?” kata Faris kaget.
Ayana menghela nafas dan mengangkat tangannya seperti meminta sesuatu, Faris
tau gadis ini meminta buku yang dibawa nya dalam sekejap Ayana sudah kembali
menulis dibukunya..
‘maksud
aku bukan gamau maafin, tapi maksud aku itu “gak apa apa kok” bukannya gamau
maafin.’ Faris membaca tulisan Ayana, tanpa Ayana harus memberikannya Faris
segera berkata “oh.. aku kira kamu gamau maafin aku..”
Ayana
tersenyum dan menulis kembali dibukunya
‘hehehe’
“kok
ketawa?”
‘gapapa
dong, hak aku kan boleh ketawa atau enggak?’ selesai menulis itu, Ayana segera
menjulurkan lidahnya tanda dia tak mau kalah dari Faris
“sok
lucu” kata Faris sambil mengerutkan dahinya “oh iya, kamu kan gabisa bicara?
Kok bisa denger?”
Ayana
tersenyum dan segera menulis di bukunya
‘pita
suara aku yang rusak... jadi aku gabisa bicara, tapi aku masih bisa denger
kok.. tenang aja’
“oh..
jadi gitu.. kok udah pulang sekolah?”
‘aku
gak sekolah.’
“kenapa?
Nah itu seragamnya?”
‘aku
lari dari sekolah, aku gamau sekolah.. aku disekolah dibully sama temen–temen,
guru–guru juga ada yang gasuka sama aku, makanya aku gasekolah’
“serius?”
Ayana
menganggukkan kepalanya pertanda benar.
“hah?
Emang kamu kelas berapa?”
‘2
SMA, kenapa?’
“oh..
em..” Faris tampak berpikir apa yang akan dia katakan, tiba–tiba dia melihat
tangan Ayana sudah kembali menulis
‘kamu
gamalu atau gimana gitu ngobrol sendiri sedangkan aku nulis? Diliatin sama orang
lain loh..’
Seketika
Faris menoleh ke sekelilingnya, benar saja, semua orang memandang geli ke
arahnya, Ayana tampak menahan tawa karena wajah Faris berubah 90°
Faris
menarik buku Ayana dan menulis sesuatu, Ayana memandangnya yang mengambil buku
dan pulpennya
‘ngapain
malu, biarin ajalah.’
‘terus
ngapain pake nulis segala? Kalo gamalu kan ngomong juga bisa.’
‘yagapapa
dong’
‘iyadeeeeh’
...
Jemari
Faris bermain diatas piano miliknya yang diberikan ayahnya saat ulang tahunnya
yang ke–14. Esa datang.
“galau
lu?” kata Esa sambil menaruh tangannya diatas pundak Faris.
Faris
menghela nafas dan menghentikan aktifitasnya dengan piano kesayangannya itu.
“kagak.”
“yakin?
Gue tau lagu orang galau sama orang seneng Ris..”
“trus
gue harus koproll sambil bilang wow buat ngeapresiasiin bakat lo ngebedain
orang galau sama or–“
“yaudah
sih gue sih cuek, gue juga gapeduli kalo ntar lo ngemis ke gue minta saran soal
CINTA.” Kata Esa dengan penekanan di kata CINTA
“serah!”
....
“Jigeum naega haneun yaegi
Neol apeuge halji molla
Ama nal jukdorok
Miwohage doel kkeoya
Naega yejeon gatji antadeon ne
mal
Modu teulin mareun aniya
Nado byeonhaebeorin naega nat
seolgimanhae
Neomu chakhan neonde neon
geudaeroinde oh
I don't know I don't know naega
wae ireoneunji
Geutorok saranghaenneunde neon
yeogi inneunde oh
I don't know ije nal chatgo sipeo
Baby I’m sorry neowa isseodo nan
lonely
Saranghagin naega bbujokhanga bwa
Ireon motnan nal yongseohae
I’m sorry ige neowa naui story
Sarangiran naegen gwabunhanga bwa
Ne gyeote isseodo
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Nega jalmotan ge anya
Naega isanghan geoya
Imi orae jeonbuteo nan junbi
haenna bwa ibyeoreul
Jeongmal jalhaejugo sipeonneunde
Hapil sarang apeseoneun wae
Ireoke haneobsi jagajigo oerounji
Neomu chakhan neonde neon
geudaeroinde oh
I don't know I don't know naega
wae ireoneunji
Geutorok saranghaenneunde neon
yeogi inneunde oh
I don't know ije nal chatgo sipeo
Baby I’m sorry neowa isseodo nan
lonely
Saranghagin naega bbujokhanga bwa
Ireon motnan nal yongseohae
I’m sorry ige neowa naui story
Sarangiran naegen gwabunhanga bwa
Ne gyeote isseodo
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Cuz I’m just another girl
I bami werowo nan deoneun
gyeondil su eobseo good bye
Cuz I’m just another girl
Neomuna werowo jigeum ne gyeote
isseodo
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely
lonely lonely”
Sebuah
lagu mengalun indah melalui ponsel Ayana, dia mengikuti lantunan lagu yang
dinyanyikan oleh girl grub Korea itu dengan sangat menghayati, lagu yang memang
sangat menyedihkan, maka ia akan ikut membayangkan bahwa dia yang sedang
merasakan kesedihan itu, tapi tidak untuk hari ini. Saat dia mendengarkan lagu
ini, tak ada perasaan sedih yang menyelinap dihati dan pikirannya, semua
berjalan menyenangkan dan tak ada bayangan kesedihan.
Musik
berhenti.
Ayana
segera mengambil ponselnya dan melihat mengapa musik di ponselnya berhenti.
Ternyata ada sebuah pesan masuk dari temannya.
Tangannya
mulai mengetik pesan balasan,dan suara ketukan pintu di kamarnya membuyarkan
kosentrasinya untuk mengetik
“non,
ditunggu ibu di ruang makan buat makan malem..” suara seorang pembantu yang
sudah 11 tahun bersama keluarganya pun terdengar samar karena dibatasi oleh
pintu
Ayana
menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, dia benci harus makan
bersama keluarganya, apalagi dengan ibu tirinya. Dia benci.
...
“gimana
sekolah kamu? Mama dapet laporan lagi kalo kamu sekarang sering bolos sekolah.
Kamu kenapa sih? Kamu ini emang bisu! Tapi kamu gak harus buang–buang uang mama
buat hal-hal yang gak penting! Apalagi bolos sekolah! Hey! Mama sekolahin kamu
mahal! Gak murah!!’ mama kira aku gak tau
yang dipikiran mama apa?!
“mama
cuma pengen kamu sekolah layaknya orang normal..” tapi itu membuatku menjadi tak normal, bodoh.
“pokoknya
mama gamau tau lagi, pokoknya kalo sampe mama denger laporan dari sekolah
tentang kamu bolos sekolah, mama bakal keluarin kamu dari sekolah itu” itu lebih baik.
“kamu
kenapa diem aja?!” bentakan wanita paruh baya ini sukses membuat Ayana tak
tahan dan menggebrak meja, dia seggera meninggalkan meja makan dan keluar
rumah, entah kemana arah tujuannya, dia meninggalkan rumah. Sendirian. Tanpa
alas kaki. Tanpa kendaraan. Dia berjalan kaki.
...
Raka
dan Faris sedang berada disebuah warung pinggir jalan.
“Ris
menurut lo ni ye, lo bakal ikut acaranya si Rizal kagak?” kata Raka sambil
mengambil teh yang diberikan si pemilik warung tempat mereka singgah sejenak
melepas bosan.
“entahlah,
gue juga gatau bakal dateng apa enggak, acara gamutu, isi acaranya paling juga
cuman orang pacaran.”
“dosen–dosen
sebagian yang pada punya pacar juga dateng.”
“dosen
yang masih muda tuh pasti, gue jamin itu dosen seleranya ehem banget.”
“maksud
lo?”
“ya..
masa iya dia dateng ke acara yang sama sekali gaada gunanya? Maksud gue, ini
acara motivasinya apaan? Lo valentine tinggal ngerayain berdua sama pacar lo di
restoran or cafe biar romantis, ngapain pake ngadain ini segala? Malah gaada
romantis–romantisnya sama sekali.”
“bener
juga sih.”
Faris
meminum teh panas yang tadi belum sempat dia minum karena menjawab pertanyaan
pertanyaan yang diberikan Raka padanya, Raka yang memang sahabatnya semenjak
SMP ini memang sangat klop dengannya, Raka bosan dirumah, Faris pun juga, Raka
bosan pelajaran matematika, Faris pun juga, dan itu yang membuat mereka selalu
pergi atau melarikan diri dari suatu pelajaran bersama. Absurd.
Mata
Faris melihat ke sekeliling, dilihatnya beberapa ibu-ibu sedang pulang dari
beribadah di masjid daerah tempat Raka dan dia mampir, dan dibelakangnya
terdapat sesosok wanita berbaju putih bercelana jeans pendek selutut, rambutnya
tergerai dan semakin menyeramkan jika malam itu adalah malam jumat.
“anjir,
ini kek si manis jembatan ancol.!” Ucap Faris saat melihat wanita yang berjalan
dibelakang ibu–ibu tadi.
“hah?
Apaan? Kita pan lagi kagak di ancol?” tanya Raka sambil celingukan melihat apa
yang Faris lihat “itu paling orang stress daerah sini.”
Mata
Faris mencoba melihat wajah wanita itu lebih jelas, dan....
*Continue*
akhirnya selesai juga part 1 nya =)) hhahhahaha
silahkan meninggalkan komentar jika mau(?) atau kalau enggak di facebooknya juga gapapa komennya hahaha
kapan part 2 buat Silent Love put?
BalasHapuscepet,,
Putri!! mana part 2 nya buat Silent Love.
BalasHapussabar yudi hahaha
BalasHapus