24 Apr 2014

Haii kembali bersama sayaa author terkece(?) yang kadang absurd(?)
Aku bawa FF yang sebenernya udah pernah aku post di FB aku yaa...
selamat membaca





Tittle                : Silent Love
Author             : RFP4
Cast                 : Faris (random),Ayana (JKT48)
Other cast        : Just read until end
Genre               : Romance

[Author pov]

Sudah 4 hari ini Faris dibully teman seangkatannya karena sampai detik ini dia masih belum mempunyai pasangan.
Ya Faris memang belum mempunyai pasangan, bahkan belum pernah memiliki pasangan sampai sekarang, sampai dia berada di bangku kuliah ini. Membanggakan baginya, tapi bagi mereka, mereka menganggap Faris memalukan.

“Ris bentar lagi valentine yeh? Udah dapet pasangan buat acara yang diadain si Rizal?” kata Raka membuyarkan lamunan Faris
“hah? Acara apaan?” jawab Faris bingung
“itu,  acara buat ngerayain valentine... gue saranin lo cari pasangan deh, soalnya kata si Rizal yang gapunya pasangan alias single atau jomblo atau sebangsanya entar dapet hukuman, pokoknya gue saranin lo cari pasangan deh! Daripada dikatain maho juga..”
“tapi ya Ji, cari pasangan gak segampang ngebalikin telapak tangan!”
“iye gue tau itu, kan lu bisa nembak cewek-cewek disini, noh yang demen ama lu tu banyak! Makanya jangan buku mulu yang diliat!”
“mending gue dihukum deh daripada gue musti cari pasangan. Cari pasangan itu RIBET. R.I.B.E.T”
“yah, lo udah nerapin prinsip ribet sih, pantes lo gadapet pasangan mulu!”
“diem lo.”

...

“sore yang buruk.” Gumam Faris.”ini pasti gara–gara ketemu Aji tadi. Ck.”

 “Faris! Ambilin pesenan roti gue di toko biasanya ye! Gue males keluar! Mendung!” teriak Esa dilantai bawah. Faris segera turun kebawah dengan malas.
 “duitnya mana?” kata Faris saat telah tiba dilantai bawah dan berhadapan dengan Esa.
“oh iye, nih” kata Esa sambil menyerahkan 5 lembar uang seratus ribuan.
Secepat kilat Faris segera keluar dari rumah dan meuju bagasi untuk mengambil motor, yaah belum terlalu mendung tapi pasti sore ini akan sangat macet karena mendung dan para warga ingin segera pulang dan sampai dirumahnya, itu pasti. Macet. Pikir Faris.

Tebakan Faris ternyata meleset. Jalanan tampak lengang dan bahkan hampir tak seperti sore-sore biasanya, dan setelah mengingat-ingat lagi.. ini hari minggu. Pantas tak seramai biasanya.
Pesanan telah Faris ambil, dan ia bersiap untuk pulang kembali ke rumah.
Ditengah perjalanan ternyata hujan turun, Faris tak membawa apa-apa untuk melindunginya dari hujan selain jaket, jaket ini malah ia pakai untuk melindunginya, tapi bagaimana pesanan Esa?.
“hari yang sial.” Umpat Faris dalam hati

Faris berhenti disebuah box telefon umum yang tertutup, dia meneduhkan motornya dan mengunci motornya, dia segera masuk kedalam box telefon umun tersebut karena hujan yang turun semakin lebat dan jaketnya pun sudah basah kuyup.
“ssshh” ucap Faris sambil melepas jaketnya “dingin banget ini fuuuh”
Sepersekian detik dia mengucapkan kalimat ‘dingin banget ini’ seorang gadis berseragam SMU masuk kedalam box telefon itu. Yang tadinya ia sendiri sekarang menjadi berdua. Ya. Berdua. Didalam. Box telefon umum.
Gadis itu tersenyum kepada Faris, senyumannya mengatakan ‘maaf aku juga kehujanan’
Faris memandang gadis itu sebal. Dan gadis itu kembali tersenyum dan senyumannya mengatakan ‘aku tau,tapi ini tempat umum’
Seakan Faris mengerti arti senyuman itu, Faris pun mengalihkan pandangannya ke jalanan yang berada didepannya...
10 menit, hujan yang turun semakin deras, Faris tak tau ia harus menunggu berapa lama lagi hingga hujan ini reda, roti pesanan Esa masih utuh dan rapi, karna ia berteduh demi pesanan Esa, agar pesanannya selamat tak terkena hujan.
Faris merogoh saku celananya dan mengetik pesan kepada Esa yang berisi bahwa ia terjebak hujan dan berteduh demi pesanannya. Saat Esa sedang mengetik tiba-tiba suara gemuruh petir mengagetkannya dan gadis yang ada disampingnya, dan betapa kagetnya Faris saat sang gadis itu tiba-tiba memeluk  lengannya.
Saat Faris menoleh, dan hendak melepaskan tangan gadis itu dari lengannya suara gemuruh petir terdengar lagi dan lebih keras dari sebelumnya membuat gadis tadi semakin memeluk lengan Faris dengan erat. Faris menghela nafas dan menyadari bahwa gadis ini memang takut akan petir, mungkin lebih tepatnya suara petir.

“petirnya udah nggak ada, bisa lepasin?” kata Faris membuat gadis yang tadi memeluk lengannya mendongakkan kepalanya keatas untuk melihat wajah Faris, gadis itu memastikan agar Faris tidak marah, namun apa daya wajah Faris memang tidak pernah bisa berbohong, jika dia marah, wajahnya pasti akan terlihat marah.
Gadis itu menyadari Faris marah padanya, dia segera melepaskan tangannya dari lengan Faris, namun barusaja melepaskan, suara gemuruh petir terdengar lagi, gadis itu tak berani memeluk Faris lagi, dia bingung. Dia sangat ketakutan. Dan dia menangis.

Faris menatap wajah gadis itu yang menangis, Aneh.
‘ini anak kenapa cuman denger ssuara petir ampe nangis? Padahal juga ada gue disini, emang dia gamalu apa ama gua?’

Faris mendengar tangisan gadis itu, semakin lama dia semakin merasa bersalah karena membuatnya menjadi merasa semakin ketakutan, dengan terpaksa dan sebagai permintaan maafnya dia melakukan hal yang MENURUTNYA bisa menenangkan gadis ini, setidaknya gadis ini mengucapkan terimakasih padanya.
Faris merengkuh gadis itu kedalam pelukannya.
Gadis yang tadi menangis pun mendongak menatap wajah Faris, seakan mengerti maksud gadis ini, Faris tersenyum padanya dan gadis itupun tersenyum pada Faris, senyuman yang mengatakan ‘terimakasih dan maaf untuk tadi’

Hujan telah reda, Faris melihat hujan yang telah reda dibalik jendela box telefon ini,
“ujannya udah reda, kamu gak pulang? Keburu ujan lagi.” Tanya Faris pada gadis yang duduk disudut ruangan kecil ini
Gadis tadi mengangguk dengan cepat dan segera berdiri membuka box telfon dan ingin segera cepat keluar.
“eh tunggu!” teriak Faris saat gadis itu sudah berlari keluar dari box telefon
Faris menghela nafas dan mengambil pesanan Esa. Ia ingin segera pulang dan mengutuk Esa yang sudah membuatnya harus berdua bersama seorang gadis SMU di dalam box telefon ini.

....

“nih” ucap Faris sambil meletakkan pesanan Esa di meja yang ada dihadapannya
“wih masih mulus, gue kira ancur.”
Faris segera melesat pergi ke kamarnya dan membiarkan Esa memandang pesanannya tanpa menjawab pertanyaan yang tadi diajukan kepadanya

.........

Bintang yang berada disekeliling bulan, bulan yang selalu setia berganti jam kerja dengan matahari. Seperti hal nya manusia yang seharusnya saling melengkapi, seperti bintang melengkapi bulan dan bulan melengkapi matahari. Hal yang indah.

Malam ini bulan dan bintang muncul, Faris kira mereka tak akan muncul karena hujan tadi sore. Ternyata langit malam ini sangat cerah. Sangat menyenangkan jika bintang bisa ia ajak bercerita tentang hidupnya yang sangat menyenangkan ini. Menyenangkan tanpa hadirnya seorang pasangan yang memang tak Faris inginkan.

“Tell me why
Ain't nothing but a heartache
Tell me why
Ain't nothing but a mistake
Tell me why
I never wanna hear you say
I want it that way.....”

Suara Faris memang sangat bagus dan indah, ketiga kakaknya sangat mengidolakan suaranya yang sangat merdu. Suara yang dibawa dari darah sang ibu, suara sang idola.

“Ris, nyanyiin gue lagunya CJ coba!” ucap Henry saat memasuki kamarnya karna mendengar Faris yang sedang bernyanyi
“yang apa?”
“sejenak coba...”
Faris mengingat ingat lagu dariband yang berasal dari Jogja ini, namun dia sedikit lupa akan awalan dari lagu ini.
“eh itu lagu, awalannya gimana kak? Gue lupa masa?” ucap Faris sok cool sambil benerin gitarnya
“yang sejenak biarkan aku sendiri”
Faris mulai menangkap lirik lagu itu, kini dia mulai memetik gitarnya dan bernyanyi dengan lagu yang diminta sang kakak

“Sejenak biarkan aku sendiri
Temani kesendirian yang kupuja dan kadang kubenci
Tutupi aku dengan dinginnya sunyi
Yang menjaga telinga dari suara-suara mengganggu

Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan aku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku

Sejenak biarkan waktu berhenti
Dan tak ada satupun yang berteriak didepan wajahku
Biarkan dunia hampa tanpa penghuni
Hingga aku tertidur

Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan aku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku

Pergi! Pergi!!
Woooo!!!

Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan aku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku
Woo...Ooo!!!
Usah kau ramaikan kesepianku
Dan biarkan ku sendiri
Berikan sedikit kesepianku
Agar kurasakan keberadaanku”

“lo tau kenapa gue minta lo nyanyiin lagu itu??” tanya Henry pada Faris yang sedang menarik nafas karena selesai menyanyikan lagu itu
“enggak. Kenapa emang?”
“lo tau nyokap bokap kan?”
“jelas tau. Kenapa?”
“mereka nyuruh gue buat cepet-cepet nikah ama Dera.”
“HAH?!” mata Faris membulat saat mendengar jawaban kakaknya itu, yang difikirannya adalah, Henry masih berusia 29 tahun dan tabungannya belum mencukupi untuk biaya rumah tangganya.
Faris tau, karena selama ini, hanya kepada Faris lah Henry bercerita tentang Dera.
“lah emang lo udah siap?”
“ya belum lah! Lo tau sendiri kan, duit gue aja belum banyak,belum cukup lah buat rumah tangga, kalo tunangan sih, oke gue jabanin, tapi kalo nikah? Gue belum siap mental Ris!!!”
Faris mendengar dengan teliti setiap perkataan kakaknya itu “intinya lo belum siap kan?”
“...”
“kenapa lo gabilang tunangan dulu aja?”
“udah.”
“terus kata mereka?”
“disuruh langsung nikah aja katanya.”
Faris menghela nafas. “udah gue mau tidur.”

.....

“Ris udah dapet pasangan buat acara Valentine lusa?” tanya Rizal pada Faris saat selesai jam kuliah
“ah? Eh? Em– belum sih, gaminat ikut itu acara.”
“yakin lo gaminat? Gaminat apa ogah dikerjain jadi babu gegara kagak punya pasangan?” tawa Rizal dan sluruh orang yang ada didalam kelas pun terdengar seperti menghina bagi Faris. Faris tak tahan.
Dia meninggalkan kampus.

Faris duduk menghadap kopi pesanannya, dia sedang duduk diam, melamun mungkin? Entahlah, dia sedang duduk diam menatap kopi pesanannya dengan tatapan putus asa...
Tiba-tiba Faris tersentak kaget saat ada seseorang menepuk bahunya, kondisinya kini telah sadar sepenuhnya dari lamunan, dan segera menoleh kearah tepukan di bahunya tadi.
Dilihatnya gadis cantik berseragam SMU, ber-tas selempang coklat dengan rambut tergerai.
‘dia.’ Batin Faris
Gadis cantik itu tersenyum pada Faris, senyumannya mengatakan ‘bolehkah aku duduk disini?’
Faris tersadar bahwa gadis ini adalah gadis yang kemarin bertemu denganya, bukan hanya bertemu, bahkan gadis ini sepersembunyian dengannya. Ya, gadis ini gadis yang kemarin berada di dalam box telefon bersamanya.
“eh, duduk sini..” ucap Faris saat gadis ini tersenyum kepadanya, gadis inipun duduk dan Faris segera melambaikan tangannya kepada pelayan untuk datang dan maksudnya adalah memesankan kopi untuk gadis ini.
“ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan itu saat sudah sampai di meja Faris
“eh,em mau pesen kopi lagi mbak.”
“pesan apa?”
“em.. kamu mau pesen apa?” tanya Faris pada gadis didepannya yang sedang meletakkan tas nya dimeja.
Gadis itu menatap pelayan itu dengan tersenyum dan sekejap pelayan itu berkata “tunggu sebentar ya.”
Wajah Faris menunjukkan kebingungan yang luar biasa, pelayan itu pergi tanpa diberi pesanan. “kok?” Faris ingin berdiri dan memanggil pelayan itu, namun gadis yang bersamanya ini mencegahnya. Faris duduk kembali dan menatap gadis ini semakin bingung
‘ini kenapa sih? Iya masa ini cewek bisa telepati?’ batin Faris mencoba berfikir positif namun tetap saja mengarah ke hal negatif.
Faris menatap gadis itu mengeluarkan buku kecil, dan sebuah pulpen, tangannya menulis sesuatu, Faris merasa gadiss ini sedang mengerjakan tugas sekolah atau apa, tapi tunggu. Faris melihat jam dinding di kedai kopi ini, jam itu menunjukkan pukul 10.00 ‘masih pagi. Kok dia udah pulang? Bolos? Atau pulang pagi?’ batin Faris.
Gadis itu memajukan buku yang tadi ia pakai menulis kepada Faris. Faris mengambil buku itu dan membaca tulisan dibukunya
‘kamu gausah heran, pelayan tadi udah tau aku mau pesen apa, soalnya aku langganan disini dan selalu pesen american coffee jadi dia hafal sama aku, oiya nama kamu siapa? Aku Ayana Shahab, panggil aja Ayana, kamu siapa?’
Faris mengerutkan dahinya, tak mengerti maksud gadis ini memberikan buku berisi kalimat panjang yang menurutnya lebih enak dibicarakan daripada surat menyurat.
“emang zaman apasih ini? Kok masih pake surat–suratan segala?” Faris tertawa kecil setelah mengucapkan kalimat tadi.
Gadis yang bernama Ayana itu tadi pun menarik bukunya dan kembali menulis sesuatu, beberapa saat kemudian Ayana memberikan buku itu kembali pada Faris.
‘aku gabisa bicara, makanya aku tulis apa yang pengen aku omongin.. maaf ya, kamu pasti malu duduk bareng sama orang bisu.. aku pindah meja aja ya.. buku ini buat kamu aja deh.’
Faris menatap kembali kalimat itu dari awal hingga akhir dan barulah ia sadari bahwa gadis itu ternyata takbisa berbicara, karena itulah gadis itu menulis apa yang ingin dikatakannya lewat buku.
“loh mbak Ayana mana?” suara pelayan mengagetkan pandangan Faris dari buku yang dipegangnya, sekejap ia memandang bangku didepannya, kosong.
Ayana berpindah meja.
“oh itu dia disana..” kata pelayan itu lagi sambil membawa secangkir kopi pesanan Ayana ke meja yang berada di pojok.
Faris merasakan sesuatu mengganjal dihatinya, rasa kasihan, rasa tak enak hati, rasa... rasa yang membuatnya serba salah.. Faris segera berdiri dan menghampiri Ayana, niatnya hanya satu, meminta maaf karena ucapannya yang mungkin menurut Ayana, itu menyinggungnya.. atau apapun itu.
“maaf, saya gatau kalau kamu gabisa bicara..” ucap Faris meyakinkan Ayana, Ayana tersenyum dan menggelengkan kepalanya.. “kamu gamau maafin?” kata Faris kaget. Ayana menghela nafas dan mengangkat tangannya seperti meminta sesuatu, Faris tau gadis ini meminta buku yang dibawa nya dalam sekejap Ayana sudah kembali menulis dibukunya..
‘maksud aku bukan gamau maafin, tapi maksud aku itu “gak apa apa kok” bukannya gamau maafin.’ Faris membaca tulisan Ayana, tanpa Ayana harus memberikannya Faris segera berkata “oh.. aku kira kamu gamau maafin aku..”
Ayana tersenyum dan menulis kembali dibukunya
‘hehehe’
“kok ketawa?”
‘gapapa dong, hak aku kan boleh ketawa atau enggak?’ selesai menulis itu, Ayana segera menjulurkan lidahnya tanda dia tak mau kalah dari Faris
“sok lucu” kata Faris sambil mengerutkan dahinya “oh iya, kamu kan gabisa bicara? Kok bisa denger?”
Ayana tersenyum dan segera menulis di bukunya
‘pita suara aku yang rusak... jadi aku gabisa bicara, tapi aku masih bisa denger kok.. tenang aja’
“oh.. jadi gitu.. kok udah pulang sekolah?”
‘aku gak sekolah.’
“kenapa? Nah itu seragamnya?”
‘aku lari dari sekolah, aku gamau sekolah.. aku disekolah dibully sama temen–temen, guru–guru juga ada yang gasuka sama aku, makanya aku gasekolah’
“serius?”
Ayana menganggukkan kepalanya pertanda benar.
“hah? Emang kamu kelas berapa?”
‘2 SMA, kenapa?’
“oh.. em..” Faris tampak berpikir apa yang akan dia katakan, tiba–tiba dia melihat tangan Ayana sudah kembali menulis
‘kamu gamalu atau gimana gitu ngobrol sendiri sedangkan aku nulis? Diliatin sama orang lain loh..’
Seketika Faris menoleh ke sekelilingnya, benar saja, semua orang memandang geli ke arahnya, Ayana tampak menahan tawa karena wajah Faris berubah 90°
Faris menarik buku Ayana dan menulis sesuatu, Ayana memandangnya yang mengambil buku dan pulpennya
‘ngapain malu, biarin ajalah.’
‘terus ngapain pake nulis segala? Kalo gamalu kan ngomong juga bisa.’
‘yagapapa dong’
‘iyadeeeeh’

...

Jemari Faris bermain diatas piano miliknya yang diberikan ayahnya saat ulang tahunnya yang ke–14. Esa datang.
“galau lu?” kata Esa sambil menaruh tangannya diatas pundak Faris.
Faris menghela nafas dan menghentikan aktifitasnya dengan piano kesayangannya itu. “kagak.”
“yakin? Gue tau lagu orang galau sama orang seneng Ris..”
“trus gue harus koproll sambil bilang wow buat ngeapresiasiin bakat lo ngebedain orang galau sama or–“
“yaudah sih gue sih cuek, gue juga gapeduli kalo ntar lo ngemis ke gue minta saran soal CINTA.” Kata Esa dengan penekanan di kata CINTA
“serah!”

....

“Jigeum naega haneun yaegi
Neol apeuge halji molla
Ama nal jukdorok
Miwohage doel kkeoya

Naega yejeon gatji antadeon ne mal
Modu teulin mareun aniya
Nado byeonhaebeorin naega nat seolgimanhae

Neomu chakhan neonde neon geudaeroinde oh
I don't know I don't know naega wae ireoneunji
Geutorok saranghaenneunde neon yeogi inneunde oh
I don't know ije nal chatgo sipeo

Baby I’m sorry neowa isseodo nan lonely
Saranghagin naega bbujokhanga bwa
Ireon motnan nal yongseohae
I’m sorry ige neowa naui story
Sarangiran naegen gwabunhanga bwa
Ne gyeote isseodo
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely

Nega jalmotan ge anya
Naega isanghan geoya
Imi orae jeonbuteo nan junbi haenna bwa ibyeoreul

Jeongmal jalhaejugo sipeonneunde
Hapil sarang apeseoneun wae
Ireoke haneobsi jagajigo oerounji

Neomu chakhan neonde neon geudaeroinde oh
I don't know I don't know naega wae ireoneunji
Geutorok saranghaenneunde neon yeogi inneunde oh
I don't know ije nal chatgo sipeo

Baby I’m sorry neowa isseodo nan lonely
Saranghagin naega bbujokhanga bwa
Ireon motnan nal yongseohae
I’m sorry ige neowa naui story
Sarangiran naegen gwabunhanga bwa
Ne gyeote isseodo
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely

Cuz I’m just another girl
I bami werowo nan deoneun gyeondil su eobseo good bye
Cuz I’m just another girl
Neomuna werowo jigeum ne gyeote isseodo
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely
Baby I’m so lonely lonely lonely lonely lonely”

Sebuah lagu mengalun indah melalui ponsel Ayana, dia mengikuti lantunan lagu yang dinyanyikan oleh girl grub Korea itu dengan sangat menghayati, lagu yang memang sangat menyedihkan, maka ia akan ikut membayangkan bahwa dia yang sedang merasakan kesedihan itu, tapi tidak untuk hari ini. Saat dia mendengarkan lagu ini, tak ada perasaan sedih yang menyelinap dihati dan pikirannya, semua berjalan menyenangkan dan tak ada bayangan kesedihan.
Musik berhenti.
Ayana segera mengambil ponselnya dan melihat mengapa musik di ponselnya berhenti. Ternyata ada sebuah pesan masuk dari temannya.
Tangannya mulai mengetik pesan balasan,dan suara ketukan pintu di kamarnya membuyarkan kosentrasinya untuk mengetik
“non, ditunggu ibu di ruang makan buat makan malem..” suara seorang pembantu yang sudah 11 tahun bersama keluarganya pun terdengar samar karena dibatasi oleh pintu
Ayana menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan, dia benci harus makan bersama keluarganya, apalagi dengan ibu tirinya. Dia benci.

...

“gimana sekolah kamu? Mama dapet laporan lagi kalo kamu sekarang sering bolos sekolah. Kamu kenapa sih? Kamu ini emang bisu! Tapi kamu gak harus buang–buang uang mama buat hal-hal yang gak penting! Apalagi bolos sekolah! Hey! Mama sekolahin kamu mahal! Gak murah!!’ mama kira aku gak tau yang dipikiran mama apa?!
“mama cuma pengen kamu sekolah layaknya orang normal..” tapi itu membuatku menjadi tak normal, bodoh.
“pokoknya mama gamau tau lagi, pokoknya kalo sampe mama denger laporan dari sekolah tentang kamu bolos sekolah, mama bakal keluarin kamu dari sekolah itu” itu lebih baik.
“kamu kenapa diem aja?!” bentakan wanita paruh baya ini sukses membuat Ayana tak tahan dan menggebrak meja, dia seggera meninggalkan meja makan dan keluar rumah, entah kemana arah tujuannya, dia meninggalkan rumah. Sendirian. Tanpa alas kaki. Tanpa kendaraan. Dia berjalan kaki.

...

Raka dan Faris sedang berada disebuah warung pinggir jalan.
“Ris menurut lo ni ye, lo bakal ikut acaranya si Rizal kagak?” kata Raka sambil mengambil teh yang diberikan si pemilik warung tempat mereka singgah sejenak melepas bosan.
“entahlah, gue juga gatau bakal dateng apa enggak, acara gamutu, isi acaranya paling juga cuman orang pacaran.”
“dosen–dosen sebagian yang pada punya pacar juga dateng.”
“dosen yang masih muda tuh pasti, gue jamin itu dosen seleranya ehem banget.”
“maksud lo?”
“ya.. masa iya dia dateng ke acara yang sama sekali gaada gunanya? Maksud gue, ini acara motivasinya apaan? Lo valentine tinggal ngerayain berdua sama pacar lo di restoran or cafe biar romantis, ngapain pake ngadain ini segala? Malah gaada romantis–romantisnya sama sekali.”
“bener juga sih.”
Faris meminum teh panas yang tadi belum sempat dia minum karena menjawab pertanyaan pertanyaan yang diberikan Raka padanya, Raka yang memang sahabatnya semenjak SMP ini memang sangat klop dengannya, Raka bosan dirumah, Faris pun juga, Raka bosan pelajaran matematika, Faris pun juga, dan itu yang membuat mereka selalu pergi atau melarikan diri dari suatu pelajaran bersama. Absurd.

Mata Faris melihat ke sekeliling, dilihatnya beberapa ibu-ibu sedang pulang dari beribadah di masjid daerah tempat Raka dan dia mampir, dan dibelakangnya terdapat sesosok wanita berbaju putih bercelana jeans pendek selutut, rambutnya tergerai dan semakin menyeramkan jika malam itu adalah malam jumat.
“anjir, ini kek si manis jembatan ancol.!” Ucap Faris saat melihat wanita yang berjalan dibelakang ibu–ibu tadi.
“hah? Apaan? Kita pan lagi kagak di ancol?” tanya Raka sambil celingukan melihat apa yang Faris lihat “itu paling orang stress daerah sini.”
Mata Faris mencoba melihat wajah wanita itu lebih jelas, dan....

*Continue*

 akhirnya selesai juga part 1 nya =)) hhahhahaha
silahkan meninggalkan komentar jika mau(?) atau kalau enggak di facebooknya juga gapapa komennya hahaha

3 komentar: